Sang Penari - Riwayat Mata-Mata Jerman Dari Jawa
4 jam lalu
Mata Hari adalah seorang penari yang dituduh menjadi mata-mata Jerman oleh Pemerintah Perancis
Judul: Sang Penari
Penulis: Dukut Imam Widodo
Tahun terbit: 1996
Penerbit: Djambatan
Tebal: xvi + 252
ISBN: 979-428-264-2
”Sang Penari” adalah novel karya Dukut Imam Widodo. Novel ini menggunakan tokoh utama bernama Mata Hari. Mata Hari adalah seorang penari yang dituduh sebagai mata-mata Jerman dalam Perang Eropa. Mata Hari dieksekusi mati pada tanggal 15 Oktober 1917 di Kastil Vincennes di pinggiran Kota Paris.
Dalam novel ini Dukut Imam Widodo mengambil penggalan kehidupan Mata Hari saat ia tinggal di Jawa. Ia menonjolkan sisi budaya Jawa, khususnya tari sebagai sebuah budaya luhur Jawa yang juga dipelajari oleh Mata Hari. Seperti diakui oleh Dukut Imam Widodo, sebagian dari kisah hidup Mata Hari adalah hasil rekaan dari sang penulis. Meski banyak kisah rekaan dari penulisnya, novel ini tetap ditulis berdasarkan riset yang mendalam terhadap tokoh Mata Hari.
Novel ini melengkapi kisah hidup Mata Hari yang selama ini banyak ditulis oleh para sastrawan dan penulis skenario film, yang pada umumnya menggambarkan kehidupan Mata Hari saat tinggal di Paris (1903 – 1917). Dukut Imam Widodo justru menggambarkan kehidupan Mata Hari saat ia tinggal di Jawa. Mata Hari memang tinggal di Jawa selama 5 tahun (1897 – 1902). Periode masa tinggal di Jawa ini sangat penting untuk diungkap. Setidaknya ada dua hal yang perlu diketahui. Di Jawa inilah ia – Mata Hari bernama asli Margaretha Geetruida Zelle, memilih nama Mata Hari. Di Jawa jugalah ia memelajari tari Jawa yang menjadi ciri khas tariannya, yang membuatnya begitu terkenal.
Margreet digambarkan sebagai gadis yang suka belajar menari sejak kecil. Mula-mula ia belajar tari balet klasik. Saat di Jawa ia belajar tari Jawa. Dukut Imam Widodo menyebutkan bahwa Margreet belajar tari Jawa di Desa Kluwut, Malang. Margreet tak hanya belajar menari, tetapi ia juga adalah seorang pencipta tari. Tari-tari ciptaannya berciri kombinasi tari Jawa dengan balet klasik. Ia adalah seniman yang menjumpakan budaya Jawa dengan budaya Barat melalui tarian.
Dukut Imam Widodo menggunakan tokoh Joko Umbaran sebagai pencerita. Joko Umbaran adalah Wedana Distrik Tumpang – Malang yang pada masa mudanya menjadi kekasih Mata Hari. Tentu saja tokoh Joko Umbaran ini adalah tokoh fiktif. Joko Umbaran adalah gambaran dari Dukut Imam Widodo itu sendiri. Sebab tokoh Joko Umbaran digambarkan sebagai seorang pemuda yang suka menulis sastra, persis seperti diri Dukut Imam Widodo. Jadi perjumpaan dan percintaan antara Joko Umbaran dengan Mata Hari adalah perjumpaan dan percintaan yang muncul saat Dukut Imam Widodo melakukan riset tentang tokoh penari ini.
Dukut Imam Widodo mengisahkan bahwa Margreet, panggilan akrab Margaretha saat muda berayah Yahudi dan beribu Belanda. Informasi ini berbeda dari informasi umum yang beredar. Dalam banyak dokumen, Mata Hari disebut berayah-ibu Belanda. Namun Dukut Imam Widodo menyampaikan bahwa rambut hitam keriting yang dimilikinya adalah berasal dari sang ayah yang berdarah Yahudi. Pendapat Dukut Imam Widodo ini juga menepis rumor yang mengatakan bahwa Mata Hari adalah anak nyai.
Margreet digambarkan sebagai gadis yang suka belajar menari sejak kecil. Mula-mula ia belajar tari balet klasik. Saat di Jawa ia belajar tari Jawa. Dukut Imam Widodo menyebutkan bahwa Margreet belajar tari Jawa di Desa Kluwut, Malang. Margreet tak hanya belajar menari, tetapi ia juga adalah seorang pencipta tari. Tari-tari ciptaannya berciri kombinasi tari Jawa dengan balet klasik. Ia adalah seniman yang menjumpakan budaya Jawa dengan budaya Barat melalui tarian.
seorang tentara yang bertugas di Jawa. Mereka bertemu dan menikah saat Macleod berlibur ke Belanda. Macleod 20 tahun lebih tua dari Margreet. Pernikahannya tidak terlalu bahagia. Namun mereka dikaruniai dua anak, satu lelaki dan satu perempuan. Karena perbendaan umur inilah yang menyebabkan kehidupan rumah tangga mereka tidak bahagia, terutama dalam urusan ranjang. Margreet masih penuh gelora, sementara sang suami sudah menurun gairahnya. Sampai akhirnya ia berpisah dari suaminya. Setelah tidak lagi hidup seatap dengan suaminya, Margreet memilih untuk menjadi perani profesional sekaligus menjadi PSK kelas atas.
Nama Mata Hari sendiri dipilihnya setelah ia mengalami peristiwa gaib. Ia diundang oleh seorang penari legendaris bernama Sentini yang sudah meninggal bertahun yang lalu. Perjumpaan secara gaib dengan Sentini ini membuat Mata Hari semakin menekuni dunia tari untuk menerangi jagad batin manusia. Itulah sebabnya ia memilih nama Mata Hari.
Perkenalan Mata Hari dengan dunia mata-mata digambarkan oleh Dukut Imam Widodo melalui perjumpaan Mata Hari dengan Raden Rangga. Raden Rangga adalah seorang bangsawan Jawa yang sangat paham dengan filosofi tari Jawa. Mata Hari sangat tertarik dengan pengetahuan Raden Rangga yang begitu dalam tentang tari. Maka ia berkawan dan belajar dari Raden Rangga. Ternyata Raden Rangga adalah seorang pimpinan pemberontak. Ia memberontak kepada Belanda karena menyaksikan kekejaman Belanda terhadap komunitas Tionghoa di Distrik Bajaron, Surabaya, dimana salah satu korbannya adalah Fatimah Yen – kekasih Raden Rangga.
Mata Hari direkruit menjadi mata-mata dengan tugas utama mengumpulkan informasi intelejen dari para pembesar militer Belanda. Mata Hari dengan mudah melaksanakan tugas tersebut. Namun ternyata pemberontakan Raden Rangga ini terbongkar, sehingga Raden Rangga mati dieksekusi.
Melihat bahwa pemberontakan Raden Rangga telah terbongkar, maka Mata Hari memutuskan untuk pulang ke Belanda. Ia merayu suaminya untuk membawanya kembali ke Belanda. Di Belanda Mata Hari bercerai dari suaminya dan memutuskan untuk menetap di Paris. Di Paris inilah ia kemudian melanjutkan petualangan seksualnya dengan para pembesar militer dan politik Perancis. Sampai ia dituduh menjadi mata-mata Jerman dan dieksekusi mati. 961

Penulis Indonesiana
3 Pengikut

Menangislah Ketika Kekasihmu Pergi
5 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler